Tuesday, December 20, 2011

mengukur 'kebahagiaan'

sudah beberapa hari ini saya berkutat dengan pikiran 'bagaimana orang-orang disekitar saya ini mengukur kebahagiaan mereka?'

mau pulang kampung saja, harus cari-cari kesempatan dapat perjalanan dinas...jadi kalau tidak dapat perjalanan dinas harus menunggu honor ini atau honor itu. Intinya untuk sebuah kebutuhan pribadi, masih cari untung saja. Konsep ikhlas mereka bukan lagi soal menerima derita dan beban hidup dengan lapang dada sambil tetap bersyukur pada sang Maha Pemurah..konsep ikhlas itu menerima tidak diberi perjalanan dinas atau honor sambil mengeluh di sana-sini soal atasan yang tidak pengertian dan serakah.

Disini, kebanyakan orang punya kebahagiaan yang terukur. mudah sekali membahagiakan mereka. beri saja tiket gratis plus uang harian ke luar negeri, dijamin mereka akan update status memuji-muji nama Tuhan atau muncul di mesjid lebih sering.

lalu saya mulai menolak banyak kenikmatan yang ditawarkan ditempat ini, hanya supaya saya tidak kehilangan diri. supaya saya masih punya 'kebahagiaan tak terukur' seperti duduk sore bersama suami di depan televisi; merasakan excitement setiap kali menaiki kereta menuju jogja; mengingat setiap jengkal penderitaan masa lalu dan masih merasakan getar hangat setiap mengenang ayah dan ibu yang selama hidupnya mengumpulkan sen demi sen gajinya sebagai pegawai negeri yang jujur sampai bisa mengantar anak-anaknya menjadi sarjana; memeluk erat amplop uang makan dan menabungkan setiap sen nya untuk calon anak-anak saya, seperti yang dilakukan ayah dan ibu saya dulu bahkan meski Tuhan belum memberi rejeki 'tak terukur' itu.

ahhhh...saya hela nafas panjang saja...yang perlu saya lakukan hanya bertahan menjadi diri saya sendiri disini sambil terus mendengungkan suara dalam kepala; suara ayah dan ibu saya.

No comments: